Mendengarkan Kehendak Allah

Kamis, 19 Maret 2020 – Hari Raya Santo Yusuf, Suami Santa Perawan Maria

265

Matius 1:16, 18-21, 24a

Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.

Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”

Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.

***

Yusuf tengah dilanda kebimbangan. Maria, tunangannya, ternyata telah mengandung. Dalam konteks masyarakat Yahudi saat itu, laki-laki dan perempuan yang bertunangan memang sudah bisa disebut pasangan suami-istri, hanya mereka belum diperkenankan melakukan persetubuhan. Kalau begitu, yang dikandung Maria itu anak siapa? Yusuf bisa saja menyeret Maria ke pengadilan dengan tuduhan perzinaan, tetapi ia tidak berniat melakukan itu. Ia tidak mau Maria dipermalukan dan dijatuhi hukuman yang kejam. Itu sebabnya ia disebut “seorang yang tulus hati.” Lebih baik kiranya jika tunangannya itu ia ceraikan secara diam-diam.

Pikirannya berubah setelah ia mendapat pencerahan dari Allah. Anak yang dikandung Maria bukan buah dari perzinaan, melainkan dari Roh Kudus. Kelak Anak itu akan memainkan peran penting dalam sejarah keselamatan manusia. Yusuf diminta tidak ragu untuk mengambil Maria menjadi istrinya, dan kelak ia mesti memberi nama Anak itu Yesus. Yusuf pun melaksanakan kehendak Allah itu dengan taat.

Yusuf adalah keturunan Daud. Kepada Daud, Allah berjanji akan membangkitkan seorang dari keturunannya untuk memerintah umat selama-lamanya (2Sam. 7:12-13). Dengan memperistri Maria dan memberi nama pada Anak itu, Yusuf menjadikan sang Anak sebagai keturunan Daud yang sah. Itulah peran penting yang dimainkan Yusuf untuk mendukung rencana keselamatan Allah yang mau hadir ke dunia untuk membebaskan umat manusia dari belenggu dosa.

Yusuf hanyalah manusia sederhana. Suaranya tidak pernah muncul dalam teks-teks Kitab Suci. Biar begitu, di atas segalanya, ia mau mendengarkan dan melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Kepada kita, ia memberi teladan untuk lebih mendengarkan kehendak Allah daripada keinginan sendiri.