Jalan Yesus Bukan Jalan Kekuasaan

Rabu, 3 Maret 2021 – Hari Biasa Pekan II Prapaskah

82

Matius 20:17-28

Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.”

Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

***

Keinginan ibu Yakobus dan Yohanes menunjukkan bahwa dirinya belum menyadari bahwa Kerajaan Allah sangat berbeda dengan kerajaan duniawi yang dalam pemerintahannya terdiri atas posisi, kedudukan, dan jabatan yang bertingkat-tingkat. Orang berlomba-lomba untuk menduduki jabatan tertinggi, sebab makin tinggi kedudukan seseorang, makin berkuasalah dia atas orang lain.

Akibat permohonan itu, kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Bukan apa-apa, mereka merasa tersaingi, sebab mereka pun ingin duduk dekat dengan Yesus ketika kelak Ia berkuasa menjadi raja. Demikianlah para murid belum mengenal Yesus dengan baik dan masih salah dalam memahami diri-Nya.

Mari kita berjalan di jalan Yesus. Jalan Yesus adalah jalan yang menuntut kita membuang jauh godaan-godaan untuk mengejar kehormatan, jabatan, dan kekuasaan. Alih-alih berkuasa atau menindas, kita diajak untuk melayani sesama sehabis-habisnya, termasuk kalau untuk itu kita mesti menanggung derita. Jalan Yesus memang adalah jalan salib, sehingga tidak terpisahkan dari penderitaan! Yesus melalui jalan ini dengan wafat sebagai tebusan bagi banyak orang, bagi kita semua.

Saudara-saudari terkasih, bersediakah kita menempuh jalan Yesus agar bersatu penuh dengan-Nya? Bersediakah kita mendatangkan Kerajaan Allah dengan melayani keluarga, tetangga, rekan, dan orang-orang di sekitar kita?